Senin, 02 September 2013

Tugas Jurnalistik 1

Belum mau di kumpulin nih udah aku posting aja, biar rame :)

Tokoh-tokoh Jurnalistik Indonesia

Indonesia memiliki beberapa jurnalis yang melegenda dan berandil besar dalam sejarah perkembangan pers Indonesia. Dengan kerja keras mereka, dunia jurnalistik Indonesia terus mengalami peningkatan pesat menuju kemoderenan pers. Lima jurnalis besar yang akan saya ulas berikut merupakan figur yang tidak dapat dilepaskan dari dunia cosmopolitan pers Indonesia.



Moechtar Loebis

            Moechtar Loebis lahir di Padang, Sumatera Barat, pada tanggal 7 Maret 1922. Beliau merupakan seorang jurnalis dan pengarang ternama Indonesia. Beliau merupakan jurnalis yang menetang keras pemerintahan kala itu, ia tidak hanya dikenal keras melawan otoriter juga merupakan pribadi yang disiplin terhadap keluarga dan orang-orang yang dikenalnya.
Beliau merupakan salah satu penggagas dan pendiri kantor berita Antara, yang kemudian mendirikan dan menjadi pemimpin harian Indonesia Raya yang telah dibredel oleh pemerintah karena dirasa telah melenceng dari ketentuan pers otoritas saat itu. pada saat Orde Lama yaitu saat kepemimpinan Sukarno, Moechtar Loebis pernah diasingkan. Hingga akhir hayatnya, 2 Juli 2004 Moechtar Loebis tetap menjadi panutan jurnalis-jurnalis Indonesia dalam mempertahankan keindependenanya dan menjadi legenda dalam perjuangan pers Indonesia.
Karya Moechtar Loebis antara lain: Tidak Ada Esok (novel, 1951), Harimau! Harimau! (novel, 1975), Manusia Indonesia (1977), dan lain-lain.

Rosihan Anwar

Salah satu tokoh pers Indonesia ini lahir di Solok, Sumatera Utara, 10 Mei 1922. Rosihan Anwar adalah anak seorang pejabat daerah di Solok, Sumatera Barat. Karena seorang anak pejabat daerah, maka beliau berkesempatan untuk mengeyam pendidikan pada zaman Hindia Belanda. Sekolah Rakyat dan MULO (setara tingkatan SD dan SMP) beliau selesaikan di Padang. Setelah itu melanjutkan AMS (setara SMA) di Yogyakarta. Dari sanalah beliau mulai berkesempatan untuk berlatih jurnalistik yang sampai pada akhirnya beliau dapat mengenyam pendidikan di Drama Workshop, Yale University, USA dan di School of Journalism, Columbia University, NY, USA.
Rosihan Anwar juga merupakan seorang sejarahwan, sastrawan, dan budayawan. Karier jurnalistik beliau dimulai sebagai reporter Asia Raya pada saat kedudukan Jepang tahun 1943 hingga menjadi pemimpin redaksi Siasat (1947-1957) dan Pendoman (1948-1961). Pada tahun 1961 koran Penoman dibredel pemerintah. Di masa Orde Baru beliau menajbat sebagai ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (1968-1974). Beliau juga mendirikan Perusahaan Film Nasional (Perfini-1950) bersama Usmar Ismail. Hingga akhir hayatnya, beliau terus menjadi bagian-bagian perkembangan Pers Indonesia, menjadi panutan baik media dalam bahkan luar negeri, dan terus menjadi seorang kritikus film Indonesia.
Karya Rosihan Anwar antara lain: Ke Barat dari Rumah (1952), India dari Dekat (1954), Film pertama: Darah dan Doa, ia sekaligus menjadi figuran. Dilanjutkan sebagai produser film Terimalah Laguku, dan berbagai karya sastra lainnya.

Mahbub Junaidi

H. Mahbub Junaidi lahir di Jakarta, 27 Juli 1933 di keluarga dengan tradisi NU yang kental. Sejak kecil beliau gemar menulis dan memiliki semboyan bahwa beliau akan tetap menulis walaupun ajal menjemputnya. Kariernya di dunia jurnalis diawali dengan menjadi penulis di majalah sekolah dan majalah kampus (beliau merupakan seorang aktivis kampus). Selain itu beliau juga merupakan penggerak berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia dan sekaligus ketua PMII yang pertama. Selama kariernya sebagai ketua PMII dalam 3 periode berturut-turut Mahbub juga menjadi kolumnis di beberapa koran-koran dan majalah bonafit Indonesia. Beliau dikenal sebagai penulis yang santai dan humoris namun tetap lugas. Bahasa-bahasa yang digunakan cenderung informal dan muda. Pada tanggal 1 Oktober 1995, Mahbub wafat dengan meninggalkan sejuta kenangan di dunia satra dan jurnalis Indonesia.
Karya-karya Mahbub Junaidi antara lain: Dari Hari Ke Hari (1975), Lakulah Sebuah Hotel (1978), Politik Tingkat Tinggi Kampus (1978), Humor Jurnalistik (1986), dan lain sebagainya.


Jakob Oetama

Tokoh pers Indonesia ini berasal dari Jawa Tengah, ya Dr (HC) Jakob Oetama lahir di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada tanggal 27 Agustus 1931. Adalah seorang anak guru yang mengajar di Sleman, Yogyakrata yang merupakan salah satu tokoh pendiri harian Kompas yang kini menjadi Presiden Direktur Perusahan Besar Kelompok Kompas-Gramedia.
Karier jurnalistik Jakob Oetama dimulai ketika menjadi redaktur Mingguan Penabur (1956) dan berlanjut denagn mendirikan majalah Intisari (1963) bersama P. K. Ojong. Dua tahun kemudian (1965) kembali bersama Ojong, jakob Oetama mendirikan harian Kompas. Kompas Gramedia Group berkembang pesat mulai pada tahun 80-an hingga kini Kompas Gramedia Group memiliki beberapa anak perusahaan/bisnis unit yang bervariatif dari media massa, toko buku, percetakan, radio, hotel, lembaga pendidikan, event organizer, stasiun TV hingga Universitas. Selain itu beberapa jabatan pernah diduduki Jakob Oetama, antara lain Sekjen PWI, Anggota Dewan Penasehat PWI, Pendiri dan Anggota Dewan Kantor Berita Nasional Indonesia, serta sekaarng masih menajbat sebagai Pembina Pengurus Pusat PWI dan Penasehat Konfederasi Wartawan ASEAN.
Beberapa karya tulis Jakob Oetama: Dunia Usaha dan Etika Bisnis (2001), Berpikir Ulang tentang Keindonesiaan (2002), dan Bersyukur dan Menggugat Diri (2009).

Goenawan Mohamad

Merupakan salah satu pendiri dan mantan Pemimpin Redaksi Majalah Tempo yang lahir di Batang, Jawa Tengah, 29 Juli 1941. Hasrat menulis Goen, sapaan akrab beliau, sudah terlihat sejak di sekolah dasar. Hingga pada akhirnya Goenawan Mohamad mendirikan Majalah Tempo (1971), yang karakter jurnalistiknya mengusung ritme Majalah Time. Majalah Tempo sempat juga diberhentikan peredarannya pada tahun 1994 oleh pemerintah. Selain berupa majalah, Tempo pun memperluas jangkauan dengan membentuk surat kabar. Selain mendirikan Majalah Tempo, Goenawan juga mendirikan Aliansi Jurnalis Independen serta Institusi Studi Arus Informasi di Indonesia.
Karya Goenawan Mohamad antara lain: Parikesit (1971), Interlude (1973), Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972), Seks, Sastra, dan Kita (1980), serta buku-buku kumpulan esai dan sajak lain beliau.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar