UKD II
D0211001
Ilmu Komunikasi A
FISIP UNS
Temukan fenomena
komunikasi apapun yang bisa dilihat dalam rubrik Acara Hari Ini Harian Kompas
dan analisis dengan teori komunikasi massa!
Menganalisis
rubrik Acara Hari Ini Harian Kompas pada hari Senin, 9 April 2012, saya
menemukan sebuah fenomena komunikasi di mana setiap stasiun televisi
berlomba-lomba untuk menampilkan program-program unggulan di waktu-waktu utama
(prime time). Selain itu, setiap
stasiun televisi menyajikan program acara bertema atau berjenis sama di waktu
yang sama juga. Mereka juga menyuguhkan program-program terbaik mereka agar
tidak tersaingi satu sama lain di setiap jam yang sama. Terlihat bagaimana
pentingnya informasi yang disajikan setiap stasiun televisi setiap jamnya bagi
para pemirsanya sehingga setiap stasiun televisi berlomba-lomba memberikan
program acara yang terbaik. Misalnya pada pagi hari, saat di mana “warung akan
buka”, yaitu saat kita membuka mata dan stasiun televisi baru membuka lapaknya
saja, hampir di setiap stasiun televisi menghadirkan acara rohani pagi, setelah
itu dilanjutkan dengan berita pagi hari. Atau pada waktu prime time sekitar pukul 19.00-22.00 WIB, beberapa televisi
nasional yang sudah komersiil, seperti RCTI, SCTV, INDOSIAR, TRANS TV, MNC TV,
ataupun TRANS 7 menyajikan acara-acara yang saling berebut rating, antara lain
sinetron dan acara komedi.
Melihat
fenomena tersebut, saya menyimpulkan bahwa program acara apa yang disajikan
stasiun televisi pada waktu-waktu tertentu menjadi penting bagi pemirsanya
sehingga saat ini setiap stasiun televisi nasional di Indonesia berlomba-lomba
menghadirkan program-program unggulan pada waktu-waktu tertentu yang hampir
berjenis sama di stasiun televisi satu dengan lainnya. Pemirsa televisi sebagai
khalayak umum telah melihat betapa pentingnya program acara yang telah
diagendakan oleh para stasiun televisi.
Saya
melandasi fenomena di atas berdasarkan teori agenda setting. Teori ini dikemukakan oleh M. E. Mc Combs dan D. L.
Shaw dalam “Public Opinion Quarterly”,
berjudul “Agenda-Setting Function of Mass
Media ” terbitan tahun 1972, mereka mengatakan bahwa “jika media memberikan
tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk
menganggapnya penting. Terlihat dalam fenomena komunikasi yang telah dijelaskan
di atas bahwa stasiun televisi menyuguhkan program-program acara yang telah
diagendakan pada masa-masa tertentu, sehingga dapat membentuk opini permisanya.
Para pemirsa menjadikan program acara tersebut penting untuk ditonton karena
stasiun televisi menyajikannya pada jam-jam yang pas.
Misalnya
saja stasiun televisi RCTI menayangkan mega sinetron Yusra dan Yumna pada pukul
20.00 WIB dan mega sinetron Karunia pukul 21.30 WIB. Penayangan mega sinetron
tersebut tepat pada waktu prime time
televisi di mana khalayak beristirahat dan memerlukan hiburan atau bahkan
tempat melarikan diri untuk rehat dari dunia nyatanya. RCTI memandang waktu
tersebut penting sehingga penyuguhan mega sinetronnya menjadi penting bagi
khalayak penikmat sinetron. Hal ini juga dilakukan stasiun televisi lainnya
yang memunculkan produksi program acara tandingan. SCTV tidak mau kalah dengan
sinetron Putih Abu-Abu dan Cinta Salsabila – nya, Indosiar dengan Rama Shinta
dan Tutur Tinular Versi 2011 – nya, atau
MNC TV dengan Fathiyah, Tendangan Si Madun, dan Segalanya Cinta – nya. Hal yang
sama pada program acara komedi yang disiarkan pada masa prime time, seperti Opera Van Java – nya TRANS 7, Comedy Project
dan Tahan Tawa – nya TRANS TV. Terlihat bahwa televisi secara efektif memberi
hiburan kepada pemirsanya dan mempersepsikan pemirsa bagaimana pentingnya
hiburan tersebut.
Terdapat
tiga konseptualisasi agenda untuk memahami prosesi agenda setting sendiri menurut Manhein. Yaitu, agenda media, agenda
khalayak, dan agenda kebijaksanaan. Untuk lebih menganalisis fenomena
komunikasi di atas, perlu pemahaman lebih dalam mengenai dimensi-dimensi yang
terdapat dalam agenda media dan agenda masyarakat serta tentunya agenda
kebijaksanaan.
·
Dimensi-dimensi dalam
agenda media:
a. Visibility (visibilitas):
jumlah dan tingkat menonjolnya berita. Dalam dimensi ini kita dapat melihatnya
dari banyaknya sinetron unggulan yang ditayangkan tiap-tiap stasiun televisi
pada waktu prime time.
b. Audience Salience (tingkat
menonjol bagi khalayak): relevansi berita atau informasi bagi kebutuhan
khalayak. Telah disebutkan di atas bahwa masa prime time adalah masa di mana khalayak membutuhkan tempat
pelarian, televisi menangkapnya sebaagi lahan yang cocok untuk menyiarkan
sinetron-snetron unggulannya atau program hiburan (komedi) lainnnya.
c. Valence (valensi):
menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan (penyajian) informasi
bagi suatu peristiwa. Mega sinetron atau acara komedi yang disiarkan
jelas-jelas dikemas sangat ciamik
oleh para editor di tiap-tiap stasiun televisi untuk merebut hati para
pemirsanya.
·
Dimensi-dimensi dalam
agenda khalayak:
a. Familiarity
(keakraban): derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu. Para pemirsa
penikmat sinetron atau hiburan lain (komedi) di kala prime time dengan sadarnya menganggap program-program acara di
televisi sebagai tontonan yang wajib disaksikan. Mereka merasa bahwa disitulah
tempat pelarian mereka dari kehidupan sehari-hari.
b. Personal Salience
(penonjolan pribadi): relevansi kepentingan dengan ciri pribadi. Tentu saja
individu-individu pemirsa televisi merasa ada kesinambungan antara apa yang
disajikan televisi dalam sinetron dan acara hiburan lainnya dengan keperluan
pribadinya. Seperti halnya ibu-ibu yang memerlukan sinetron Yusra dan Yumna
sebagai wadah pelarian dari kerjaan mengurus rumah tangga yang begitu rumit dan
melelahkan. Atau bapak-bapak yang mencari hiburan pengocok perut di OVJ setelah
seharian bergelut dengan pekerjaan di kantor mereka.
c. Favorability
(kesenangan): pertimbangan akan senang atau tidaknya akan topik berita. Dilihat
dari dimensi ini, kesenangan pemirsa akan suatu sinetron sangat mempengaruhi
ditayangkan atau tidaknya. Maka dari itu saya menspesifikasi khalayak menjadi
pemirsa televisi dan pemirsa televisi menjadi pemirsa penikmat sinetron atau
hiburan lain (komedi). Hal ini disebabkan karena tidak semua pemirsa televisi
menyukai sinetron atau hiburan lainnya di kala prime time, bahkan ada yang mematikan televisinya saat sinetron
sedang melakoni adegannya.
·
Dimensi-dimensi dalam
agenda kebijaksanaan, agenda kebijaksanaan ini merupakan bagaian dari
pemerintahan:
a. Support
(dukungan): kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu
b. Likelihood of Action
(kemungkinan kegiatan): kemungkinan peemrintah melaksanakan apa yang diibaratkan.
c. Freedom of Action (kebebasan
bertindak): nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah.
Jadi
kesimpulannya, teori agenda setting
ini berlaku pada fenomena komunikasi yang saya temukan pada rubrik Acara Hari
Ini Harian Kompas, karena ketika setiap stasiun televisi menayangkan program
acara unggulan (contoh dalam analisis saya adalah sinetron dan program hiburan
lainnya -komedi- pada masa prime time)
pada waktu yang sama menjadikan hal tersebut essensial bagi para pemirsanya
(dilihat dari opini publik yang terbentuk mengenai sinetron dan program hiburan
lainnya –komedi-). Sehingga setiap stasiun televisi dewasa ini saling berebut
hati pemirsannya dengan menyiarkan program acara terbaik dan selalu
mengagendakannya di waktu-waktu yang sekiranya dapat ditonton oleh khalayak.